BANDA ACEH – Selama periode libur Isra Mi’raj dan Tahun Baru Imlek 2025, Museum Tsunami Aceh mengalami lonjakan kunjungan wisatawan yang luar biasa. Ribuan orang dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara, memanfaatkan momen liburan ini untuk menyaksikan dan mengenang sejarah kelam tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M. Syahputra AZ, mengungkapkan bahwa puncak kunjungan terjadi pada Selasa, 28 Januari 2025, di mana sebanyak 5.855 orang memadati museum tersebut. Dari jumlah itu, 3.889 pengunjung merupakan orang dewasa, 1.851 adalah anak-anak, dan 115 lainnya merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang bencana yang pernah melanda Aceh.
“Kami sangat mengapresiasi antusiasme masyarakat yang begitu tinggi terhadap museum ini. Terutama pada hari Selasa, jumlah pengunjung hampir mencapai 6.000 orang. Ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki kepedulian tinggi terhadap sejarah dan edukasi kebencanaan,” ujar Syahputra, Kamis, 30 Januari 2025.
Meski tidak setinggi hari sebelumnya, jumlah pengunjung pada Rabu, 29 Januari 2025, masih tergolong tinggi dengan total 2.131 orang, yang terdiri dari 1.431 dewasa, 583 anak-anak, dan 117 WNA. Penurunan jumlah pengunjung pada hari tersebut tidak mengurangi semangat masyarakat dalam mengenang tragedi tsunami serta memahami mitigasi bencana.
Lonjakan Wisatawan Sejak Akhir Pekan
Syahputra menambahkan bahwa tren peningkatan kunjungan wisatawan sebenarnya sudah terlihat sejak akhir pekan sebelumnya. Pada Sabtu, 25 Januari 2025, museum menerima kunjungan sebanyak 1.214 orang. Angka ini kemudian melonjak signifikan pada Minggu, 26 Januari 2025, dengan jumlah pengunjung mencapai 2.954 orang.
“Alhamdulillah, selama periode liburan ini tidak ada kendala yang berarti. Seluruh kegiatan di museum berjalan lancar, dan kami berhasil melayani ribuan pengunjung dengan baik,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa peningkatan jumlah wisatawan ini mencerminkan besarnya ketertarikan masyarakat terhadap pembelajaran sejarah serta pentingnya kesiapsiagaan bencana. Museum Tsunami Aceh, yang berdiri sebagai simbol kebangkitan masyarakat Aceh pasca-tsunami, terus menjadi destinasi utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Museum Tsunami, Destinasi Edukasi dan Inspirasi
Sebagai pusat edukasi kebencanaan, Museum Tsunami Aceh tidak hanya menyajikan dokumentasi sejarah melalui diorama dan pameran interaktif, tetapi juga menghadirkan berbagai program edukatif yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana. Dengan fasilitas yang terus diperbarui, museum ini diharapkan tetap menjadi rujukan utama bagi masyarakat dalam memahami pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
“Kami berharap ke depan, museum ini tidak hanya menjadi tempat wisata sejarah, tetapi juga mampu menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mitigasi bencana. Dengan berbagai program edukasi yang ditawarkan, Museum Tsunami Aceh akan terus menjadi pusat pembelajaran dan refleksi bagi semua pengunjung,” pungkas Syahputra.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung setiap tahunnya, Museum Tsunami Aceh terus berkomitmen untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi wisatawan, sehingga tragedi yang pernah terjadi tidak hanya menjadi sejarah, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi masa depan.