Petani Aceh Besar Panen Perdana, Harga Gabah Masih di Bawah Harapan


Aceh Besar - Awal tahun 2025 menjadi momen penting bagi petani di Aceh Besar yang mulai memasuki masa panen perdana. Namun, semangat mereka sedikit terhambat dengan harga gabah kering yang masih bertahan di kisaran Rp6.000 hingga Rp6.500 per kilogram. Harga ini dinilai masih kurang menguntungkan bagi petani yang berharap hasil panen kali ini dapat membawa kesejahteraan lebih baik.

Menurut laporan Balai Penyuluh Pertanian (BPP), dua kecamatan di Aceh Besar, yakni Simpang Tiga dan Lhoknga, telah memulai panen lebih awal dibanding wilayah lainnya. Namun, harga gabah yang stagnan menjadi perhatian utama para petani.

Koordinator BPP Kecamatan Simpang Tiga, Khaidir, menjelaskan bahwa meskipun musim panen berjalan lancar, nilai jual gabah yang masih rendah membuat petani merasa kurang puas.

"Kami melihat panen di beberapa wilayah mulai berlangsung dengan baik. Tetapi, harga jual yang masih berkisar antara Rp6.000 hingga Rp6.500 per kilogram tentu menjadi kendala tersendiri bagi petani yang berharap harga lebih tinggi," ungkapnya, Senin (3/2/2025).

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Aceh Besar, Rahmat Kurniawan. Saat meninjau langsung panen padi di Kecamatan Lhoknga, ia mendapati bahwa harga gabah yang diambil oleh pengepul masih berada di angka Rp6.500 per kilogram.

"Petani di Lhoknga menyampaikan bahwa mereka menjual gabah kepada pengepul dengan harga Rp6.500 per kilogram. Ini memang sesuai dengan ketetapan pemerintah, tetapi dari sisi petani, harga ini belum cukup ideal untuk menutupi biaya produksi dan mendapatkan keuntungan yang layak," ujar Rahmat.

Sebelumnya, dalam rapat koordinasi bidang pangan yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan pada 22 Januari 2025, telah ditetapkan bahwa harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani adalah Rp6.500 per kilogram. Meski demikian, para petani berharap ada upaya lebih lanjut dari pemerintah untuk menjaga kestabilan harga dan memastikan mereka mendapatkan keuntungan yang lebih baik.

"Kami ingin ada kebijakan tambahan yang bisa membantu petani, misalnya subsidi atau program penyerapan hasil panen oleh pemerintah agar harga tidak terlalu ditentukan oleh pengepul. Jika harga terus rendah, ini bisa berpengaruh pada keberlanjutan sektor pertanian di Aceh," tambah Rahmat.

Petani berharap pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mencari solusi terbaik agar panen perdana tahun ini tidak hanya menghasilkan stok pangan yang melimpah, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan mereka sebagai tulang punggung pertanian di Aceh.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama